Disini, adakan dibahas kegawat daruratan yang mungkin terjadi pada ibu hamil, tanda dan gejala, komplikasinya, data fokus untuk setiap patologis agar mudah mengingatnya serta pengobatan, penyulit yang mungkin terjadi.. yang pertama yang akan dibahas yaitu Abostus atau sering dikenal dengan keguguran.
Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi atau berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar (viable), tanpa mempersoalkan penyebabnya dengan berat badan < 500 gram atau umur kehamilannya < 20 minggu (5 bulan).
Sedangkan ada
buku yang mengatakan bahwa abortus terjadi pada usia kehamilan < 22minggu.
Abortus dapat
terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
·
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum 8 minggu. Factor yang menyebabkan
kelainan ini ialah :
a.
Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan
monosomi X;
b.
Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang
sempurna
c.
Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat –
obatan, tembakau, dan alcohol.
d.
Uterus berkembang terlalu cepat teregang
(kehamilan ganda dan mola)
e.
Distorsi uterus misalnya karena terdorong oleh
tumor pelvis.
·
Kelainan pada plasenta (atau ari – ari) misalnya
endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
·
Factor maternal (ibu), seperti pneumonia, tifus,
anemia berat, malnutrisi, Diabetes Melitus keracunan, dan toksoplasma.
·
Kelainan traktus genitalia, seperti inkompensasi
serviks (untuk abortus pada trimester kedua 4 – 6 bulan kehamilan), retroversi
uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus.
·
Factor dari bapak : umur lanjut, penyakit
kronis seperti TBC,anemi, dekompensasi
kortis, mal nutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (missal alcohol,nicotin),
sinar rontgen, avitaminosis
Menurut gambaran klinis, ada 8 jenis abortus yaitu :
a)
Abortus
Iminens (mengancam)
Abortus
ini mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya. Tidak butuh pengobatan medis hanya butuh
tirah baring secara total. Tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik
secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual.
Ditandai dengan tidak haid /
menstruasi < 20 minggu, mengeluarkan bercak darah dari jalan lahir, servik
tertutup, rahim sesuai umur kehamilan, ada
kram perut bagian bawah. Apabila bercak darah berhenti lakukan pemeriksaan kehamilan seperti biasa, apabila perdarahan
terus berlangsung : nilai kondisi janin (PP test atau USG), cari kemungkinan
penyebab lain seperti kehamilan ganda (gemelli) atau mola.
b)
Abortus
insipiens (sedang terjadi)
Abortus ini sedang berlangsung dan
tidak dapat dicegah lagi. Ostium terlah terbuka, teraba ketuban dan berlangsung hanya beberapa jam
saja, uterus sesuai dengan umur
kehamilan. Abortus insipiens
didiagnosa apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang – kadang keluar gumpalan darah yang
disertai nyeri karena kontraksi rahim yang kuat dan ditemukan adanya dilatasi
servik sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba.
Bila usia kehamilan < 16
minggu evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi
Vakum Manual (AVM) setelah bagian – bagian janin dikeluarkan. Bila usia
kehamilan > 16 minggu lakukan dengan Dilatasi dan Kuretase (D&K).
c)
Abortus
incompletes (keguguran tidak lengkap)
Abortus
inkomplet didiagnosa apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian
tertinggal (biasanya jaringan plasenta)
masih tertinggal di dalam rahim. Perdarahan terus berlangsung, banyak, dan
membahayakan ibu. Servik sering tetap
terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing
(corpus alienum). Oleh karena itu,
uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu
merasakan nyeri.
Pasien dapat jatuh
dalam keadaan anemia atau syok hemoragik
sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus diawali
dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang
terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan
kuretase. Pemeriksaan USG hanya dilakukan apabila kita ragu dengan dagnosa
klinis. Uterus sudah lebih kecil dari
umur kehamilan dan uterus sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik
yang bentuknya tidak beraturan. Bila terjadi peradahan hebat, segera
lakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang
mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera keluar, kontraksi dapat
berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
d)
Abortus
completes (keguguran lengkap)
Seluruh hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri pada usia kehamilan <
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Ostium tertutup, uterus telah mengecil, perdaharan
sedikit, besar uterus tidak sesuai
dengan usia kehamilan, tidak ada nyeri perut bagian bawah. Pemeriksaan USG
tidak diperlukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pemeriksaan urine biasanya masih positif sampai 7 – 10
hari setelah abortus.
Pengelolaan penderita tidak
memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi riboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak perlu diberikan.
e) Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 2
bulan atau lebih. Penderita missed
abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan
perkembangan kehamilannya tidak seperti yag diharapkan. Pada usia 14 – 20
minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda –
tanda sekunder pada payudara mulai menghilang.
Kadang kala missed abortion diawali dnegan abortus
imminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti.
Pada pemeriksaan test urine kehamilan biasanya negative setelah satu minggu
dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG didapatkan uterus
mengecil, kantong gestasi yang
mengecil dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda – tanda kehidupan.
Bila missed abortion lebih dari 4 minggu kemungkinan terjadi hipofibrinogenemia, sehingga perlu
diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase. Kemungkinan penyulit pada tindakan missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang menempel pada dinding uterus biasanya sudah lebih kuat.
f)
Abortus
Habitualis (kehamilan berulang – ulang)
Abortus spontan yang terjadi 3 kali
atau lebih berturut – turut. Penderita pada umumnya tidak sulit untuk hamil
kembali tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran / abortus secara berturut – turut. Penyebab abortus habitualis selain factor anatomis yang mengaitkan dengan
reaksi imunologik yaitu kegagalam
rekasi terhadap antigen lymphocyte
trophoblast cross reactive (TLX). Bila reaksi terhadap antigen ini rendah
atau tidak ada, maka akan terjadi abortus.
Kelainan ini dapat diobati dengan transfuse
leukosit atau heparinisasi. Dekade
terakhir menyebutkan perlunya mencari penyebab abortus sehingga dapat diobati sesuai dengan penyebabnya.
Salah satu penyebab yang sering
dijumpai ialah inkompetensia serviks
yaitu keadaan dimana serviks uterus
tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup setelah kehamilan
melewati trimester pertama, dimana ostium
serviks akan membuka tanpa disertai rasa mules / kontraksi rahim dan
akhirnya terjadi pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh trauma
serviks pada kehamilan sebelumnya, misalnya pada tindakan usaha pembukaan
serviks yang terlalu berlebihan, robekan serviks yang luas sehingga diameter
kanalis servikalis sudah melebar.
Diagnosa inkompetensia serviks tidak sulit dengan anamnesis yang cermat.
Dengan pemeriksaan inspekulo kita dapat menilai diameter kanalis servikalis dan didapati selaput
ketuban yang mulai menonjol pada saat mulai memasuki trimester kedua. Diameter
ini melebihi 8 mm. Penanganan inkompetensia
servik diharapkan periksa kehamilan seawal mungkin sehingga apabila
dicurigai adanya inkompetensia servik
harus dilakukan fiksasi agar servik dapat menerima beban dengan
berkembangnya umur kehamilan. Operasi dilakukan pada umur kehamilan 12 – 14
minggu denga cara SHIRODKAR atau McDONALD dengan melingkari kanalis servikalis dengan benang sutera / MERSILENE yang tebal dan simpul baru
dibuka setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan.
g) Abortus Infeksiosus, Abortus Septik
Abortus
infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genetalia. Abortus septic ialah yang disertai
penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septicemia
atau peritonitis). Kejadian ini
merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi
apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Penderita perlu segera mendapatkan
pengelolaan yang adekuat karena dapat terjadi infeksi yang lebih luas hingga
seluruh tubuh (sepses, septicemia)
dan dapat jatuh dalam syok sepsis. Gejala dan tandanya yaitu panas yang
tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardia, perdarahan pervaginam yang berbau,
uterus yang melebar dan melembut, serta nyeri tekan. Pada laboraturium
didapatkan infeksi dengan leukositosis.
Bila sampai terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi,
dan tekanan darah menurun.
Penanganan harus mempertimbangkan keseimbangan cairan
tubuh dan perlunya memberikan antibiotic yang adekuat sesuai dengan hasil
kultur dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan fluksus / flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama
berikan penisilin 4 x 1,2 juta unit atau Ampisilin 4 x 1gram fitambah
gentamisin 2 x 80grm dan metronidasol 2 x 1gram. Selanjutnya antibiotic sesuai
hasil kultur.
h)
Kehamilan Anembrionik
(blighted ovum)
Kehamilan
anembrionik ialah kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk sejak
awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. Kelainan ini baru ditemukan
setelah berkembangnya alat ultrasonografi. Bila tidak dilakukan penanganan, uterus
akan tetap berkembang walaupun tidak ada janin didalamnya. Biasanya sampai 14 –
16 minggu akan terjadi abortus spontan. Sebelum alat USG ditemukan, kehamilan
ini dianggap sebagai abortus biasa. Diagosis kehamilan anembrionik ditegakkan pada usia kehamilan 7 – 8 minggi
bila pemeriksaan USG didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau diametes
2.5 cm yang tidak disertai adanya gambaran janin. Apabila didapatkan USG
seperti ini, evaluasi 2 minggu kemudian. Bila tetap dijumpai struktur janin
atau kantong gentasi sudah mencapai 25 mm maka dapat dinyatakan sebagai
kehamilan anembrionik. Penanganan
dilakukan dengan dilatasi dan kuretase efektif.
Sumber :
Ø
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan
Cetakan Kedua Edisi Keempat. Jakarta : PT BINA PUSTAKA SARONO PRAWORIHARDJO
Ø
Feryanto, Achmad dan Fadlun. 2011. Asuhan
Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
Ø
Buku Acuan Nasional PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL
DAN NEONATAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar